kopi kind cup

Rabu, 19 November 2014

Tuhan, Beri aku waktu 1 jam saja

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh di seluruh kota. Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu dari seorang gadis kecil. Tidak seorang pun yang tahu nama aslinya, hanya beberapa orang tahu sedikit tentang masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli di situ, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya. Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat di perkotaan terlalu berat untuk mereka. Belum setahun mereka berada di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeser pun uang berada di kantong. Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang masih berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya dan akhirnya tiba di sebuah jalanan sepi, di mana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.
Saat itu angin di bulan Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat di bawah atap toko itu, sang suami berkata: “Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan apapun, kalau tidak setiap malam kita akan tidur di sini.” Setelah mencium istri dan bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali. Tak seorang pun yang tahu dengan pasti ke mana pria itu pergi, tetapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suami nya. Dan bila malam tiba, mereka tidur di emperan toko itu.
Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu, orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya. Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapat kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja. Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu di situ dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapa pun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapa pun selama ibunya tidak di tempat. “Dalam beberapa hari mama akan mendapat cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita”. Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus di mana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya. Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti. Kemudian dengan mata yang basah dengan air mata, ibu itu menuju ke pabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit.
Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh. Dengan sukacita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga ada sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah, menculik gadis cilik itu dengan paksa dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota. Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, memberi bedak di wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah di pusat kota . Di sana gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami-istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.
Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona dan mereka sangat memanjakannya. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano. Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas dan mengendarai mobil mewah ke mana pun ia pergi. Satu hal yang baru terjadi dan menyusul hal lainnya dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat. Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, pandai bermain piano, aktif di gereja, dan sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian setiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda welas asih yang bernama Geraldo.
Setahun setelah pernikahan mereka, ayahnya wafat dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu. Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27 ada sesuatu hal yang terjadi dan merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi dan di laci meja kerja ayahnya ia menemukan ada selembar foto seorang anak bayi yang digendong oleh sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walau pun wajahnya dilapisi bedak tapi rambutnya tetap kusam.
Ada sesuatu di telinga kiri bayi itu yang membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni.
Ibunya yang almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, di mana bagian yang satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting-anting itu di dekat fotonya. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang . Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang dengan wajah tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini menyimpan pertanyaan-pertanyaan di hatinya, misal: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya.
Saat itulah sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasa betapa dingin di sekelilingnya, tetapi ia juga merasa betapa hangat kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Mata nya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: “Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah waktu 25 tahun terlampaui?”
Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka untuk mencari masa lalu Serrafona. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian di seluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafona mendapat dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil. Ia membentuk yayasan-yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti orang jompo dan badan sosial di seluruh negeri.
Bulan demi bulan berlalu, tapi tak ada perkembangan apa pun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta penduduk bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka. Setiap kali mengendarai mobil, mereka dengan sengaja memilih melewati daerah-daerah kumuh, berharap menemukan titik terang. Terkadang ia berpikiran buruk dan berharap agar ibunya sudah meninggal, sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa karena telah mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi entah bagaimana, ia tahu bahwa ibunya masih ada dan sedang menantinya sekarang.
Pagi, siang dan sore ia berdoa: “Tuhan, ijinkan saya satu permintaan terbesar dalam hidup saya: Temukan saya dengan ibu saya”. Tuhan mendengar dan mengabulkan doa itu. Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka. Ketika melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separuh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara terputus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil di tepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu.
Tidak banyak yang diingatnya, tapi di luar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan di mana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik. Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan dari sana mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang dan sedang menunggunya, tetapi ia tetap tidak pernah tahu jawabannya.
Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staf mereka. “Tuhan Mahakasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya. Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi.” Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, di pinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main di tepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi ke jalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi ke jalan berikutnya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan. Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. “Lekas Serrafona, mama menunggumu, sayang”. Ia mulai berdoa “Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja”.
Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, dan ia berdoa: “Tuhan beri saya waktu sebulan saja”. Mobil belok lagi ke jalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya, dan ia mulai menangis: “Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan”. Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat. Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak beberapa onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan di tengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak.
Mobil mereka berhenti di antara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti oleh empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu. “Belum bergerak dari tadi.” lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan segera turun. Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. “Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu .” Serrafona memandang tembok di hadapannya, dan ingat saat di mana ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kakinya dan ingat ketika ia pertama kali belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, yang mengingatkannya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.
“Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, beri kami waktu sehari, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Jadi mama tidak merasa telah menyia-nyiakan hidup saya”. Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu ke dadanya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda.
“Mama,” ia mendengar suara itu dan tahu bahwa apa yang ditunggunya setiap malam-antara sadar dan tidak-dan tiap hari-antara sadar dan tidak-kini telah menjadi kenyataan. Ia tersenyum dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas. Perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebuah anting-anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk dan tanpa peduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya. “Mama, saya tinggal di istana dan makan enak setiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau kita dapat melakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu… Mama…”
Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: “Tuhan Mahapengasih dan pemberi, Tuhan.. Satu jam saja.. Satu jam saja waktu supaya saya dapat bersama dengan mama..” Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia.

Senin, 16 Juni 2014

Do'a Tanpa Arti

Pada suatu malam yang sangat dingin, seorang pemuda duduk di dekat perapian dirumahnya untuk menghangatkan badan. Saat pandangannya menatap jendela rumahnya, dilihatnya seorang kakek sedang berjalan ditengah salju yang putih.
Sang Pemuda kemudian berpikir, “Ah Malangnya kakek itu, dia harus berjalan ditengah badai salju seperti ini. Baiklah aku akan mendoakan dia saja agar dapat tempat berteduh.” Pemuda itu lalu berdoa kepada Tuhan : “Tuhan bantulah agar orang tua di depan rumahku ini mendapatkan tempat untuk berteduh. Kasihan Tuhan dia kedinginan.”
Ketika si pemuda mengakhiri doanya dilihatnya sang kakek berjalan mendekati rumahnya dan diapun sempat mendengar suara rintihan sang kakek yang kedinginan ketika sang kakek bersandar di dekat jendela rumahnya. Mendengar itu sang pemuda berdoa lagi kepada Tuhan. “ Tuhan lihatlah sang kakek di luar rumah itu. Kasihan sekali dia Tuhan, biarlah engkau membantunya agar dia tidak kedinginan lagi.bantulah agar dia mendapatkan tempat berteduh yang hangat.” Setelah itu si pemuda pun tidur lelap.
Keesokan harinya si pemuda terbangun karena suara gaduh masyarakat sekitarnya. Dia pun keluar rumah dan menemukan sang kakek telah meninggal bersandar di dekat jendela rumahnya.
Si pemuda kemudian berdoa lagi kepada Tuhan. “Tuhan mengapa engkau membiarkan kakek itu meninggal kedinginan padahal aku sudah mendoakannya agar dia selamat.” Tuhan pun menjawab si pemuda itu. “Aku mendengar doamu hai pemuda. Aku sudah membimbing kakek itu agar mendekati rumahmu. Akan tetapi engkau tak menghiraukannya bahkan ketika kakek itu merintih di depan jendela rumahmu.”.

Jumat, 13 Juni 2014

Elemen/Stimulus Penggerak Motivasi

Motivasi seseorang akan di tentukan oleh stimulusnya. Stimulus yang dimaksud disini adalah mesin penggerak motivasi seseorang sehingga menimbulkan pengaruh prilaku orang yang bersangkutan. Motivasi seseorang menurut Sagir (1985: 97-99) biasaanya meliputi hal-hal berikut:
1. Kinerja (Achievement)
      Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan (needs) dapat mendorongnya mencapai sasaran. Tentunya sangat dibutuhkan sikap positif serta keberanian mengambil resiko yang di perhitungkan untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. Melalui Achievement Motivation Training (AMT), Enterpreneurship sikap hidup berani mengambil resiko untuk mencapai saasaran yang lebih tinggi dapat dikembangkan.
2. Penghargaan (Recognition)
      Penghargaan atas suatu kinerja yang telah dicapai oleh seseorang merupakan stimulus yang kuat. Tentunya akan memberikan kepuasaan bathin terhadap orang tersebut.
3. Tantangan (Challenge)
     Adanya tantangan yang dihadapi merupakan stimulus yang kuat bagi manusia untuk mengatasi dan menyelesaikannya. Tantangan akan menimbulkan  semangat dan ghairah untuk mengatasinya dengan lebih baik dan bijak.
4. Tanggung Jawab (Responsibility)
        Adanya rasa ikut serta (sense of belonging) atau rumoso handarbeni akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab. Tanggung jawab merupakan komitmen dan i'tikad kuat dalam suatu konsekuensi terhadap tugas dan pekerjaan.
5. Pengembangan (Development)
  Pengembangan kemampuan seseorang baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju, dapat menjadi stimulus kuat bagi karyawan atau bekerja lebih giat atau lebih berghairah.
6.  Keterlibatan (Involvement)
    Rasa  ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan dengan bentuk kotak saran yang dijadikan masukan untuk manajemen perusahaan merupakan stimulus yangg cukup kuat untuk karyawan.
Ada nya rasa keterlibatan bukan saja menciptakan rasa memiliki, namun  juga menimbulkan rasa turut mawas diri untuk bekerja lebih baik lagi.
7. Kesempatan (Opportunity)
      Kesempatan merupakan suatu langkah untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka dari tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak. Dan ini merupakan stimulus yang kuat bagi karyawan atau pekerja.

Selasa, 27 Mei 2014

Perubahan Yang Tak Tersadari

Seiring perkembangan dunia, banyak hal yang telah berubah, bukan saja teknologi dan globalisasi saja yang berubah, namun mindset, karakter, dan prilaku juga ikut berubah. Ini merupakan suatu pembaruan yang bagus, namun sangat disayangkan sekali jika moralitas pemuda sekarang juga ikut berubah. Ini merupakan fakta, pemuda sekarang lebih cenderung mengikuti perkembangan zaman yangg serba liberalis, banyak  yang seakan apatis terhadap ukhuwah, mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok.Walaupun tidak semua pemuda bersikap demikian, namun seperti yang media beritakan bahwa pemuda remaja yang kebanyakan masih berstatus pelajar terlibat dalam pergaulan bebas, narkoba,seks bebas, dll.Sungguh ini merupakan suatu kecelakaan moralitas dan kesusilaan. Sebaiknya kita selaku pemuda yang berpendidikan jangan lah sampai demikian, dan bahkan kita harus mengantisipasi para pelajar dengan memberikan pemahaman dan pembelajaran agar jangan sampai terlibat dalam hal-hal negatif tersebut yang sangat jelas merugikan diri sendiri dan orang lain.Memang perubahan itu sangat diperlukan untuk mencapai yang namanya kemajuan, namun perlu di koordinir bahwa perubahan yang seperti apa, lingkup yang bagaimana, konsepnya seperti apa. Tentu perubahan yang bersifat positif yang sangat dianjurkan tersebut, seperti pola fikir yang maju dan positif, kreatifitas, inovasi, serta menanamkan nilai-nilai islami dalam kehidupan sehari-hari.Semoga indonesia kedepannya lebih baik dan mampu mencerdaskan anak bangsa dan menjadikan pemuda-pemudi yang islami, berakhlak mulia, sopan santun, dan berjiwa ilmu yang mampu menjadikan negeri ini berada dalam keindahan akhlak dan kedamaian

Rabu, 14 Mei 2014

Pendidikan Ekonomi


TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN EKONOMI
TENTANG
PERMASALAHAN  PENGELOLAAN DANA, BIAYA, SERTA KUALITAS PENDIDIKAN  OLEH PEMERINTAH DALAM RANGKA MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG LEBIH POTENSIAL DAN BERMUTU
Description: D:\logo uin suska riau.jpg
DISUSUN OLEH:
ABDUL AZIZ
NIM:
11316103214
DOSEN PENGAMPU:
INDAH WATI, S. Pd, M.Pd. E

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM  RIAU

2014



KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan karunianya ,sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mandiri saya yang berjudul “PERMASALAHAN  PENGELOLAAN DANA, BIAYA, SERTA KUALITAS PENDIDIKAN  OLEH PEMERINTAH DALAM RANGKA MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG LEBIH POTENSIAL DAN BERMUTU”.
Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mandiri yang telah ditetapkan oleh Ibu Indah Wati, S.Pd, M.Pd. E selaku dosen pengampu didalam mata kuliah Pendidikan Ekonomi. Selain itu, tugas ini disusun juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai sejauh mana ketepatan kebijakan pemerintah dalam menciptakan pendidikan yang bermutu.
            Akhirnya penulis berharap agar tugas ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, dan penulis menyadari bahwa tugas ini  jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan tangan terbuka penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini ke depan nya.



                                         Pakanbaru, 21 Maret 2014
                                                                                                       Wassalam,
                                                                                               
                                                                                                          Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PERMASALAHAN.................................................................................... 1
A.    Permasalahan Biaya dan Kualitas Pendidikan..................................................... 1
B.     Permasalahan Pengelolaan Dana dan Anggaran Untuk Pendidikan.................... 2
C.     Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini................................................... 3
D.    Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini..................................................... 4
BAB II PEMECAHAN........................................................................................... 6
BAB III KESIMPULAN......................................................................................... 9




BAB 1 PERMASALAHAN 
A.  Permasalahan Biaya dan Kualitas Pendidikan
Pendidikan bukan merupakan kegiatan yang murah, karena pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga, dan biaya, tepat sasaran dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal. Berbicara mengenai biaya dan kualitas mutu pendidikan, dapat kita jabarkan melalui contoh berikut:
Dua orang anak yang memiliki kemampuan kecakapan yang sama, kecerdasan yang sama, dengan score test yang sama-sama tinggi lolos mengikuti seleksi, diterima masuk sebuah perguruan tinggi. Secara rasional kedua anak ini memiliki peluang yang sama untuk menyelesaikan pendidikan pada lembaga yang sama, sesuai dengan tuntutan belajarnya. Namun, dalam kenyataannya tidak demikian, karena peran biaya besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Anak yang keluarganya memiliki biaya cukup akan sanggup membiayai pendidikan yang lebih baik dengan tenggang waktu yang lebih lama dibanding anak dari keluarga yang kurang mampu.
Contoh kasus diatas menarik untuk diperhatikan dalam masalah peranan biaya dan mutu pendidikan , sebab walaupun peluang belajar dan kemampuan menyelesaikan pendidikan dari kedua anak tersebut sama besar, namun anak yang satu gagal karena tidak memiliki biaya yang cukup untuk membayar pendidikannya. Sementara yang seorang dapat menyelesaikan pendidikan sampai lulus karena memiliki biaya pendidikan yang cukup. Kemampuan dan kecerdasan sesungguhnya merupakan modal dasar untuk belajar, tetapi ternyata tidak demikian bagi anak yang kurang mampu ekonominya. Anak yang memiliki cukup peluang untuk bisa bertahan dalam belajar, menjadi gagal karena ketiadaan biaya untuk belajar.
Pendidikan memang memerlukan biaya, pendidikan tidak bisa gratis, latar belakang sosio-ekonomi seorang anak dalam keluarga nya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Sebab, biaya belajar berpengaruh terhadap kesanggupan seseorang dalm menyelesaikan semua program pendidikannya.
B.  Permasalahan Pengelolaan Dana dan Anggaran Untuk Pendidikan
Biaya pendidikan merupakan biaya yang harus dikeluarkan baik perorangan/individu, keluarga yang menanggung anak yang sedang belajar, masyarakat, maupun oleh lembaga penyelenggara pendidikan untuk memperoleh pendidikan yang diinginkannya.
Salah satu cara agar seorang anak yang memiliki potensi dalam belajarnya untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi adalah melalui program pemerintah, yakni dalam bentuk beasiswa bagi anak-anak yang cerdas dan berpotensi dalam belajar. Sehingga keterbatasan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi bukanlah menjadi penghambat pendidikan anak yang berpotensi dan berpeluang untuk terus mengecap pendidikan nya ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam hal ini pemerintah memegang tanggung jawab besar terhadap pembiayaan anak-anak berprestasi yang tidak mampu membiayai pendidikannya sendiri dikarenakan keterbatasan ekonomi keluarganya.
Yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah sejauh mana sudah pemerintah memberikan pembiayaaan terhadap anak bangsa berprestasi yang tidak mampu dalam hal ekonomi  pembiayaan pendidikan, secara fakta memang  pemerintah telah menyediakan pembiayaan terhadap anak-anak berprestasi, namun itu setelah anak tersebut memasuki jenjang sekolah menengah atas, sedangkan masih banyak terdapat kasus anak berprestasi yang putus sekolah dimasa pendidikan dini yaitu masih dalam masa pendidikan sekolah dasar dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang tidak memadai. Sepertinya pemerintah belum sepenuhnya menerapkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 11 ayat 2 yang berbunyi: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Selanjutnya pasal 12 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi  yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah di nilai kurang memfokuskan mutu serta biaya pendidikan yang lebih potensial.
C.  Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini
v Permasalahan Globalisasi
Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global (Fakih, 2003: 182). Bila dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia. Sebegitu jauh, globalisasi memang belum merupakan kecenderungan umum dalam bidang pendidikan. Namun gejala kearah itu sudah mulai Nampak.
Sejumlah SMK dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah menerapkan sistem Manajemen Mutu (Quality Management Sistem) yang berlaku secara internasional dalam pengelolaan manajemen sekolah mereka, yaitu SMM ISO 9001:2000; dan banyak diantaranya yang sudah menerima sertifikat ISO. Oleh karena itu, dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Kuntowijoyo, 2001: 122).
v Permasalahan Perubahan Sosial
Ada sebuah adegium yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah; satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Itu artinya, perubahan sosial merupakan peristiwa yang tidak bisa dielakkan, meskipun ada perubahan sosial yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat. Bahkan salah satu fungsi pendidikan, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan inovasi-inovasi sosial, yang maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan sosial. Fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini ternyata justru melahirkan paradoks.
Kenyataan menunjukkan bahwa, sebagai konsekuensi dari perkembangan ilmu perkembangan dan teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan sosial berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28).
D.  Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini
v Permasalahan Sistem Kelembagaan Pendidikan
Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan yang dimaksud dengan uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau bahkan dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama. Dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan yang berlaku di negeri ini kita anggap sebagai permasalahan serius, bukan saja karena hal itu belum bisa ditemukan solusinya hingga sekarang, melainkan juga karena ia, menurut Ahmad Syafii Maarif (1987:3) hanya mampu melahirkan sosok manusia yang “pincang”. Jenis pendidikan yang pertama melahirkan sosok manusia yang berpandangan sekuler, yang melihat agama hanya sebagai urusan pribadi. Sedangkan sistem pendidikan yang kedua melahirkan sosok manusia yang taat, tetapi miskin wawasan. Dengan kata lain, adanya dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kendala untuk dapat melahirkan sosok manusia Indonesia “seutuhnya”.
v Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto (2006: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun fungsional yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “digugu dan ditiru”.
v Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto (2006: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing).






BAB 11 PEMECAHAN

”Pendidikan bermutu itu mahal”. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang kadang berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”.
Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Perancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.

Dalam hal pendidikan, pemerintah memiliki peran dan tanggungjawab besar bagi menciptakan pendidikan yang potensial dan bermutu, sebagaimana yang tertera dalam Bab VIII Wajib Belajar pasal 34 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: “Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD.
Berlandaskan pasal 34, 11 ayat 2 dan pasal 12 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 tersebut, menurut saya, seharusnya pemerintah lebih memfokuskan dan menerapkan urgensi pendidikan yang bermutu dan lebih potensial dengan biaya yang tidaklah terlalu tinggi. Karena dinegara-negara berkembang lainnya seperti di Jerman dan Prancis, pendidikan disana bermutu tinggi namun biaya pendidikan nya rendah. Mengapa hal demikian bisa terjadi disana? Karena di Negara tersebut pendidikan merupakan kunci utama dalam pergerakan kemajuan bangsa, secara otomatis pemerintah akan memproritaskan mutu pendidikan serta menyiapkan dan mengelola anggaran dana pembiayaan bagi pelajar kurang mampu sebaik mungkin.
Nah, bagaimana dengan diIndonesia? Rasa nya jika kita melihat fakta yang ada, Indonesia belum sepenuhnya menerapkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, buktinya masih banyak anak-anak bangsa yang tidak mengecap pendidikan di usia dini karena ketidakmampuan ekonomi, banyak nya pelajar berprestasi yang tidak dibiayai proses pendidikannya, serta besarnya potongan biaya pendidikan bagi pelajar yang mendapatkan beasiswa. Sebenarnya pemerintah sudah menetapkan perundang-undangan yang cukup baik bagi terselenggaranya pendidikan yang potensial dan bermutu, namun masih ada aparatur pemerintah nya yang tidak sepenuhnya menjalankan tanggungjawab sesuai UU, adanya penyelewengan, adanya korupsi, dan tindakan-tindakan kejahatan lainnya yang merugikan Negara dan berdampak bagi pendidikan.
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.
Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk menghadapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.





LEMBAR KERJA SISWA (LKS) INFORMATIKA KELAS VII KURIKULUM MERDEKA

 Kerjakan Lembar Tugas Berikut!!